Sejarah dan Keunikan Aksara Batak

10 Agustus, 2025 | Penulis: Aca nadra

Aksara Batak

ᮓᮤ ᮞᮨᮘᮥᮃᮂ ᮓᮨᮞ, ᮠᮤᮓᮥᮜ᮪ᮕᮜᮃᮂ ᮞᮧᮛᮨᮀ ᮏᮔ᮪ᮓ ᮒᮥᮃ ᮘᮨᮛᮔᮙ ᮙᮘᮧᮊ ᮛᮧᮔ᮪ᮓᮧ. ᮆᮃ ᮞᮁᮌ᮪ ᮄᮀᮌᮔ᮪ ᮙᮨᮜᮨᮊ᮪ ᮃᮔᮊ, ᮔᮙᮥᮔ᮪ ᮄᮞᮤᮃᮔ᮪ᮚ ᮞᮥᮓᮠ ᮜᮏ᮪ᮏᮤᮒ. ᮞᮥᮒᮥ ᮠᮛᮤ, ᮓᮒᮀᮜᮃᮂ ᮞᮧᮛᮨᮀ ᮛᮊ᮪ᮞ ᮚᮀ ᮙᮔ᮪ᮒᮙᮛᮊ᮪ ᮘᮥᮔᮒᮔ᮪. ᮞᮁᮍ ᮛᮊ᮪ᮞ ᮙᮨᮛᮨᮌ᮪ᮘᮁᮔ᮪ ᮘᮤᮏᮤ ᮙᮨᮔ᮪ᮒᮤᮙᮥᮔ᮪ ᮓᮔ ᮘᮨᮊ᮪ᮓᮒ ᮘᮛᮝ ᮔᮒᮤ ᮆᮃ ᮃᮊᮔ᮪ ᮙᮨᮀᮌ᮪ᮒᮤᮜ᮪ ᮃᮔᮊ ᮚᮀ ᮜᮃ᮪ᮃᮁ ᮓᮛᮤ ᮒᮤᮙᮥᮔ ᮄᮒᮥ.

Di sebuah desa, hiduplah seorang janda tua bernama Mbok Rondo. Ia sangat ingin memiliki anak, namun usianya sudah lanjut. Suatu hari, datanglah seorang raksasa yang menawarkan bantuan. Sang raksasa memberikan biji mentimun dan berkata bahwa nanti ia akan mengambil anak yang lahir dari timun itu.

Beberapa bulan kemudian, timun tersebut tumbuh besar. Saat dibelah, keluarlah seorang bayi cantik yang diberi nama Timun Mas. Timun Mas tumbuh menjadi gadis yang baik hati. Namun, raksasa mulai menagih janjinya.

Mbok Rondo merasa takut dan berdoa kepada dewa. Dewa memberinya empat benda ajaib: biji mentimun, jarum, garam, dan terasi. Ketika raksasa mengejar, Timun Mas melemparkan benda-benda itu satu per satu. Biji mentimun berubah menjadi hutan lebat, jarum menjadi bambu runcing, garam menjadi lautan, dan terasi menjadi lumpur panas.

Akhirnya, raksasa tenggelam dalam lumpur panas dan tak pernah kembali. Timun Mas pun hidup bahagia bersama ibunya.

Contoh Aksara Batak

Aksara Batak terdiri dari deretan huruf konsonan dasar yang dapat dimodifikasi dengan tanda diakritik untuk menandai vokal. Tidak seperti aksara Latin, aksara Batak ditulis tanpa spasi antar kata. Hal ini membuatnya memerlukan keterampilan khusus untuk membaca dan menulisnya dengan benar.

Saat ini, penggunaan aksara Batak telah menurun karena dominasi aksara Latin, namun upaya pelestarian terus dilakukan. Pemerintah daerah, komunitas budaya, dan para peneliti bekerja sama mengajarkan aksara ini di sekolah, mengadakan lomba menulis, serta memanfaatkannya dalam desain modern seperti logo, papan nama, dan seni grafis.

Pesan moral: Kecerdikan dan keberanian dapat mengalahkan kekuatan yang besar.

Sejak saat itu, Timun Mas dan Mbok Rondo hidup dengan penuh rasa syukur. Mereka membantu penduduk desa yang membutuhkan, dan kisah keberanian Timun Mas diceritakan turun-temurun agar generasi berikutnya selalu ingat bahwa kebaikan hati dan kecerdikan adalah kekuatan sejati.

Kembali